
Dalam proses pascapanen ganja, pengeringan memainkan peran penting. Proses ini memiliki dampak signifikan terhadap kualitas, potensi, dan rasa produk akhir, dan pengendalian suhu merupakan faktor krusial.
Kisaran suhu ideal untuk mengeringkan ganja relatif rendah. Setelah melebihi 80°F (27°C), ia masuk dalam kategori pengeringan suhu tinggi, yang menimbulkan serangkaian masalah.
Suhu tinggi seringkali menyebabkan pengeringan ganja yang tidak merata. Jika suhu di ruang pengering naik hingga 90°F (32°C), lapisan luar kuncup ganja akan cepat kehilangan kelembapan karena lebih mudah menyerap panas. Tak lama kemudian, lapisan luar menjadi kering dan rapuh, seperti cangkang tipis yang keras. Namun, lapisan dalam masih menyimpan kelembapan yang signifikan. Akibatnya, kuncup tampak seperti kontradiksi, dengan bagian luar yang keras dan bagian dalam yang basah. Hal ini tidak hanya mengurangi penampilan tetapi juga menyebabkan masalah selama penyimpanan dan pemrosesan selanjutnya. Kualitas seluruh kumpulan ganja juga akan menjadi tidak merata.
Di beberapa fasilitas budidaya ganja profesional, seperti Rumah Kaca Chengfei, kontrol suhu pengeringan sangat ketat. Mereka sangat menyadari bahwa sedikit saja penyimpangan suhu dapat membuat perbedaan besar pada kualitas ganja di lingkungan profesional seperti itu.
Suhu tinggi juga dapat menyebabkan degradasi kanabinoid dan terpena. THC bertanggung jawab atas efek psikoaktif ganja, CBD memiliki khasiat obat, dan terpena memberi ganja beragam aroma dan rasa unik. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan THC dalam sampel ganja yang dikeringkan pada suhu 35°C secara signifikan lebih rendah daripada sampel yang dikeringkan pada suhu 18°C. Hal ini disebabkan oleh suhu tinggi yang menyebabkan molekul THC terurai dan berubah menjadi senyawa lain yang kurang poten. Mirsen misalnya. Awalnya, mirsen dapat memberikan aroma musk dan tanah yang menawan pada ganja, tetapi di bawah "siksaan" suhu tinggi, mirsen akan menguap atau berubah secara kimiawi. Galur ganja dengan aroma terpena jeruk yang kuat dapat kehilangan aroma buah segarnya dan menjadi kusam setelah pengeringan suhu tinggi. Potensi dan pengalaman sensorik produk juga akan buruk.

Selain itu, pengeringan suhu tinggi menciptakan peluang bagi pertumbuhan jamur dan spora jamur. Ketika suhu lingkungan pengeringan mencapai 29°C dan kelembapannya relatif tinggi, lapisan luar ganja mungkin tampak kering, tetapi lapisan dalamnya tetap menyembunyikan kelembapan. Lingkungan yang hangat dan lembap ini bagaikan "sarang" bagi spora jamur. Dalam beberapa hari, bintik-bintik jamur yang mengganggu itu akan muncul pada kuncupnya. Ganja yang berjamur tidak hanya tidak sedap dipandang, tetapi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti masalah pernapasan dan reaksi alergi jika tertelan secara tidak sengaja. Bahayanya bahkan lebih besar bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.
Untuk memastikan proses pengeringan ganja yang baik, suhu sebaiknya dijaga antara 15°C dan 21°C. Dalam rentang suhu yang relatif sejuk dan stabil ini, ganja dapat mengering secara perlahan dan merata, sehingga memaksimalkan retensi kualitas, potensi, dan rasanya. Tentu saja, sirkulasi udara dan pengaturan kelembapan selama proses pengeringan tidak boleh diabaikan.
Memahami kisaran suhu yang tepat untuk mengeringkan ganja sangat penting bagi petani dan pengguna ganja. Selama suhu dijaga secara konsisten di bawah 27°C (80°F), sebaiknya dalam kisaran 15°C - 21°C (60°F - 70°F), terdapat peluang untuk menghasilkan produk ganja berkualitas tinggi, berkhasiat, dan kaya rasa.
#Suhu Pengeringan Ganja#Kualitas Ganja#Bahaya Pengeringan Suhu Tinggi#Suhu Pengeringan Ganja Optimal#Pemrosesan Pasca Panen Ganja
Selamat datang untuk berdiskusi lebih lanjut dengan kami.
E-mail:info@cfgreenhouse.com
Waktu posting: 17-Jan-2025